Archive for March, 2009

Sederetan Tanya ???

Isi dalam dada ini sudah terlalu penuh sesak, karena sudah satu bulan lebih pikiran-pikiran itu bertupuk, menggunung dan memadatkan sesuatu yang ditindih waktu, yang kini kucoba untuk menguraikan, walau bingung harus mulai dari mana. Dan memang perjalanan ini merupakan garis linier yang tidak mungkin akan bisa kembali, bahkan ditiap tempat terdapat pintu-pintu yang akan tertutup dan meninggalkan memory, ya hanya sebuah memory.

Ada sebuah tanya dalam hati, ketika melihat kenyataan banyaknya generasi harapan bangsa, yang mereka hanya suka menyerah pada bujukan dan rayuan kehidupan tanpa makna, hidup dalam khayalan dan angan-angan kosong. Hanya menuruti kesenangan-kesenangan yang amat sangat menipu, dan membawa kearah yang menjauh dari kemuliaan diri, menjauh dari kesuksesan yang hakiki.

Sebuah ke-naif-an ataukah sebuah ketidak-acuhan, atau mungkin berubah menjadi sebuah kedunguan ? Sedangkan aku sendiri merasakan bahwa kadang diriku sendiri seperti itu juga. Sudah begitu membeku dan membatukah pemikiran kita? Sehingga kita sulit memahami makna kehidupan yang penuh dengan tantangan yang begitu nyata dan penuh ini. Rasanya tidak adil jika hanya generasi muda saja yang disalahkan.

Siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab? Ataukah semua saling melempar tanggung jawab itu? Sehingga tidak ada lagi yang mau mengingatkan ? Ataukah sudah ada kejenuhan dalam mengingatkan, karena yang sering dan selalu diingatkanpun tetap tidak mau berubah ? Ataukah hanya kita yang menginginkan mereka untuk berubah ? Sedangkan mungkin mereka juga menginginkan kita sendiri berubah ?

Ketika sebuah kata disiplin, sportifitas, commitmen dan kata-kata senada dengan itu diperdengarkan, rasanya kita banyak mencibirkan, mengingat kata-kata itu hanyalah slogan tanpa makna, hanyalah kata-kata yang tinggal sebagai kata-kata. Mereka yang mengatakan hanya melihat kesalahan dipihak orang lain, dan tidak melihat pada diri sendiri. Seperti saat kita menunjuk orang lain dengan satu jari, sedangkan jari yang empat justru menunjuk diri sendiri.

Lantas kemudian, haruskah kita ikut-ikutan dalam bercuek-ria ? Atau justru mungkin ikut larut bersama mereka dalam kubangan kejumudan dan menambah ruwetnya benang kusut itu? Menikmati bersama-sama buah yang hanya manis dimulut tetapi menghancur leburkan perut pemakannya ? Pertanyaan-pertanyaan yang semakin semrawut dalam kebingungan.

Dari mana harus kita mulai ? Dari siapa harus dimulai ? Dengan apa harus memulai ? Kapan harus memulai ? Karena semuanya saling berkait berkelindan.

Dari alam semesta rayakah ? Atau dari dalam diri sendiri ? Rasanya memang begitu seharusnya dan memang itulah pikiran harus dijalankan? Karena ALLAH SWT telah menyatakan dalam Firman-NYA.

[QS 51 Adz-Dzaariyaat; 20] Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. [21] dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Jika perhatian sudah mengembara menelusuri celah-celah jagad raya, yang tidak akan tersentuh manusia dimana batas ujung dan pangkalnya, yang tidak akan tersentuh manusia dimana batas awal dan akhirnya.

Dan dilanjutkan pengembaraan kedalam tubuh diri ini, yang hanya dimulai dari satu sel yang merupakan gabungan dua buah setengah sel, yang terus berkembang dan membangun sesuai arahan ALLAH SWT untuk menyempurnakan kejadian manusia itu sendiri.

Mungkin inilah awal yang harus dilakukan dan tempat dimulainya pengembaraan. Langkah demi langkah harus dijalani dengan seksama dan penuh dengan perhatian.

Rasanya inilah saat ini yang bisa dituangkan, mudah-mudahan esok mulai dapat menguraikan benang yang amat sangat kusutnya itu. Disamping mempersiapkan diri kita masing-masing untuk bisa membawa gelas bening kosong yang terbuka dan menengadah untuk menerima isi yang dimasukkan.