Mendidik Anak Agar Berkharakter

Akhir-akhir ini mulai dirasakan tentang pentingnya pendidikan karakter. Menteri Pendidikan Nasional dan juga menteri agama mengkampanyekan konsep itu. Bangsa Indonesia harus dibangun karakternya, sedangkan membangunnya, di antaranya melalui pendidikan. Oleh karena itu di mana-mana dibicarakan tentang pendidikan karakter itu.

Banyak orang mengartikan pendidikan berbeda dengan pengajaran. Pendidikan memiliki pengertian lebih luas dan mendalam dari sebatas pengajaran. Pengajaran hanya sebatas kegiatan memberikan seperangkat pengetahuan kepada siswa. Dalam pengajaran yang penting, bahwa para siswa yang diajar menjadi mengerti, paham, dan mendalami apa yang dipelajarinya itu. Sedangkan pendidikan, adalah kegiatan mengubah watak,. perilaku, atau karakter para siswa.

Namun demikian seringkali antara pendidikan dan pengajaran masih disatu artikan atau dianggap sama. Sehingga yang terjadi kemudian, tatkala berbicara pendidikan pun, hal yang segera teripikirkan adalah kurikulum, metode pendidikan, materi ajar, dan evaluasi yang akan dilakukan. Tidak terkecuali tatkala berbicara pendidikan karakter, tidak sedikit orang segera mencari buku-buku bahan ajarnya.

Selama ini banyak orang menyebut bahwa, pendidik karakter yang paling sukses adalah Rosulullah, Muhammad saw. Beliau diutus oleh Allah di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagai hasilnya bahwa orang-orang yang dahulunya dikenal sebagai berkharakter jahiliyah, melalui pendidikan yang diberikan oleh nabi, menjadi pribadi-pribadi yang mulia dan luhur akhlaknya.

Nabi tatkala membangun karakter yang mulia itu, tidak melalui sekolahan. Oleh karena itu, dalam menunaikan tugasnya, ia tidak menggunakan kurikulum, bahan ajar semacam buku teks, dan termasuk evaluasi yang seringkali dipikirkan oleh guru. Kharakter atau sebutlah akhlak, rupanya tidak bisa dibentuk oleh sebuah kegiatan dalam belajar dan mengajar di kelas. Karakter memiliki dimensi yang luas dan begitu pula membentuknya.

Dalam menunaikan tugasnya membangun akhlak yang mulia itu, nabi mengawalinya dari dirinya sendiri. Sebagai orang yang berkarakter, di antaranya adalah bisa dipercaya. Nabi dikenal dengan sebutan al amien, yang artinya adalah seseorang yang bisa dipercaya. Sejak sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad dikenal sebagai orang yang tidak pernah berbohong., Apa saja yang dikatakan adalah selalu benar. Pribadi nabi yang mulia seperti itu dikenal secara luas di masyarakatnya.

Karakter nabi yang mulia seperti itu, menjadikan tidak pernah ada orang yang merasa disakiti hatinya. Orang merasa sakit hati, jengkel dan bahkan marah oleh karena dibohongi. Nabi tidak pernah berbohong kepada siapapun, dan sebaliknya apa saja yang dikatakan selalu benar, sehingga tidak ada orang yang kecewa, sakit hati atau marah karenanya. Karakter nabi seperti itu secara langsung menjadi contoh atau tauladan bagi orang-orang disekitarnya. Maka kurikulum pendidikan karakter adalah kehidupan nabi itu sendiri.

Selain itu, nabi selalu menjaga kesucian dirinya atau tazkiyatun nafs. Pikiran, hati, ucapan, raga, dan tindakannya selalu dijaga kesuciannya. Nab i tidak pernah berpikir buruk yang mengakibatkan orang lain menderita, dan apalagi celaka. Nabi juga tidak memiliki sifat dengki, hasat, kikir, pemarah, pembenci orang dan watak buruk lainnya. Hatinya bersih, dan bahkan menjelang berangkat melakukan isro’ dan mi’raj, dada nabi dibedah oleh malaikat Jibril dan selanjutnya dibersihkan dengan air zam-zam.

Nabi juga tidak pernah mengatakan kata-kata kotor yang bisa menyakiti orang lain. Apa yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan oleh nabi adalah sama. Dengan perilaku seperti itulah, maka nabi menjadi dihormati, dihargai, dan dijadikan tauladan. Jika saja masyarakat Quraisy di Makkah semula membencinya, hal itu bukan disebabkan karena perilaku nabi yang tidak baik hingga dibenci, melainkan oleh karena, berbagai kepentingan mereka terganggu.

Memperhatikan sejarah kenabian seperti itu, maka tatkala bangsa ini akan mengembangkan pendidikan karakter atau akhlak yang mulia, maka yang perlu disentuh terlebih dahulu adalah para guru atau pendidiknya. Orang-orang yang mengikuti Muhammad saw., bukan saja karena telah mendengarkan kata-katanya, melainkan apa yang diucapkannya itu juga diwujudkan dan disempurnakan dengan perbuatannya. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter, yang justru diperlukan, ——-jika mengikuti apa yang dilakukan oleh nabi, adalah terlebih dahulu, membangun karakter para guru-gurunya itu sendiri. Para murid, selanjutnya akan meniru dengan sendirinya. Wallahu a’lam.

sumber:http://uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2237:mendidik-anak-agar-berkharakter&catid=25:artikel-rektor

Leave a comment