Archive for December, 2008

1 Muharram 1430 H

Dipenghujung tahun, syetan-syetan siap menabuh genderang kemenangan, mereka sudah menyiapkan pestanya beberapa hari sebelumnya, dan akan merayakan kegembiraannya dengan seluruh bala tentaranya.

Kalau dulu Rasulullah Muhammad saw menyatakan

“Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya syetan itu telah putus asa untuk dapat disembah oleh manusia di negeri ini, akan tetapi syetan itu masih terus berusaha (untuk menganggu kamu ) dengan cara yang lain . Syetan akan merasa puas jika kamu sekalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu menjaga agama kamu dengan baik.”

Kiranya kini saat itu telah tiba, ketika banyak manusia terkesima dan terlena oleh bujuk rayunya, seraya tunduk mengikut dan patuh pada janji-janji murahan yang ditebarkan. Janji yang kelihatannya sangat pasti, mereka menyentuh dengan menghubungkan dengan sesuatu yang sangat peka, “bapak-bapak kamu”, “para leluhur kamu”, dan sebagainya, dan sebagainya. Seolah dengan semua itu, -yang diajakkan syetan-, manusia mengira telah berbuat yang sebaik-baiknya.

Kiranya kita sekarang lebih takut kepada manusia, karena takut akan dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat, dan tidak menghormati leluhur dan orang tua yang sudah meninggal, dan sebagainya, dan sebagainya, sehingga kita harus ikut larut, dan menyatu bersama-sama mereka yang patuh dan setia pada ajaran yang tidak ALLAH turunkan dan perintahkan, ajaran yang tidak Rasulullah Muhammad saw ajarkan dan contohkan, yang sebenarnya semua itu hanya mengikut hawa nafsu belaka, baik hawa nafsu kita sendiri dan hawa nafsu orang lain yang kita ikuti, yang  inti dari semua itu adalah mengikuti nafsunya syetan yang dilaknat ALLAH SWT. Kita lebih takut kepada semua itu, daripada murka dan siksa ALLAH SWT. Kita lebih takut tidak punya teman di dunia, daripada ancaman neraka di akhirat.

Dibanyak tempat banyak para pengunjung dan penikmat acara yang penuh kesyirikan yang disponsori oleh syetan, mulai memesan tiket masuk, mulai yang murah di kelas ekonomi, sampai yang termahal di kelas eksekutif dan VIP. Para pengunjung dan penikmat itupun mulai mempersiapkan segala perlengkapan dan peralatan demi tidak terganggunya kelancaran acara, demi sukses dan meriahnya seluruh rangkaian acara.

Berbagai media untuk sesuatu yang disyaratkan para syetan mereka kenali, mereka akrabi, mereka jiwai, dan mereka akrabi dan geluti, sedangkan panduan yang sudah pasti, yang tidak ada keraguan lagi akan kebenarannya, yang tidak ada pertentangan antara satu tempat dengan tempat lainnya, Al-Qur’an, mereka abaikan begitu saja, tidak diacuhkan, tidak dihiraukan, tidak dipahami dan tidak dijalankan,  dilempar kebelakang punggungnya, dan ditinggalkan begitu saja. Maka bagaimana mungkin mereka akan bisa dekat dengan ALLAH, dan bagaimana mungkin mereka akan bisa mendapat kasih sayang ALLAH, bagaimana mungkin mereka mendapat perlindungan ALLAH, bahkan yang pasti, mereka akan lebih disayang oleh para syetan pemimpinnya itu.

Akankah kita ikut serta berpartisipasi dan mengisi daftar buku tamu pesta syetan itu?

Apakah yang akan kita lakukan jika kita menyatakan tidak mau mengikuti para syetan itu?

Jawabnya hanya pada hal-hal nyata yang kita perbuat, yang akan membuktikan apakah kita mengikuti syetan sebagai pemimpin ataukah tidak.

Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1430 Hijriah

Adalah Pilihan Kita Sendiri

Dengan kebebasan yang dimiliki manusia, memang dia bisa dan boleh melakukan apa yang dikehendakinya. Dan potensi untuk hal itupun sudah diberikan sebagai dukungan untuk memudahkannya. Dua potensi yang sama besar, potensi untuk menjadi yang terbaik, dan potensi untuk menjadi yang terjelek. Itu semua dikembalikan pada masing-masing pribadi manusia untuk memilihnya.

Adapun tugas kita hanyalah sebatas menyampaikan, tidak lebih dari itu. Juga tidak ada kekuasaan kita untuk memaksa mereka, pula tidak akan mampu kita mengubah mereka sesuai dengan kehendak kita, karena mereka telah terbentuk, terukir dan terpahat dari banyak hal. Dimulai dari lingkungan rumahnya sendiri, lingkungan tempat dia bermain dan berkumpul dengan teman-temannya, pun pula dari teman yang dipilihnya untuk menempa dirinya. Hanyalah dia sendiri yang bisa menentukan apa yang dia kehendaki, apakah akan membuka hati akal pikirannya, untuk menerima dan melaksanakan perubahan kearah lebih baik dan benar, ataukah justru menutup rapat-rapat hati akal pikirannya, sehingga kesalahan demi kesalahan akan terakumulasi dan lebih berperan mewarnai hidupnya.

Dan itupun berlaku bagi diri kita sendiri. Dua potensi besar itu ada pada diri kita, dan kitapun lebih berhak dalam kehendak mecari pilihan kita sendiri. Tinggal dasar mana yang kita gunakan. Bagi kita tentu tidak akan ragu lagi untuk mengikuti petunjuk jalan hakiki, petunjuk yang paling benar.

[42:52] Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

[42:53] (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.

[35:32] Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

[18:29] Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang menghendaki (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

[6:119] Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

Hidup Penuh Liku

pengembaraan yg panjang

 

penuh gelombang dan badai menghadang

 

juga jala-jala yg kejam

 

kadang harus melampaui kepulauan berkarang

 

jika qt tidak teguh dengan visi qt

 

walau al-fatihah sudah qt bunyikan 17 kali sehari (minimum)

 

walau syahadat sudah qt bunyikan 9 kali sehari (minimum)

 

nyatanya tetap tidak punya arti

 

tetap saja kesyirikan qt jalani

 

tetap saja alasan klasik “nenek moyang” ; “adat” ; “kata guru saya” dan sebagainya

 

padahal:

“dimana saja, kapan saja, minumnya coca cola”

mungkin hanya 2 kali sehari qt dengar

 

Mengapa itu bisa mewarnai hidup kita???

Mengapa kita jalankan dengan semangat???

Malaksanakan, memegang, dan meminum “coca-cola”???

Mengapa???

Mengapa???

Taman Nasional Kawah Ijen

Taman Nasional Kawah Ijen

Sabtu-Minggu, 29-30 Nopenber 2008

==========================

Forum Kajian Islam Smancar

 

Kerasnya batu-batu jalan adalah tantangan

Kabut dan hujan adalah ujian perjalanan

Walau sempat terjatuh dan terjungkal

Semangat mencari setitik ilmu tiada kan padam

Gelapnya jalan merupakan permisalan

Dari gelapnya kehidupan ini

Dingin yang menusuk hingga terasa sampai tulang

Tidaklah seberapa dibanding yang dialami pembawa risalah ini

Diboikot dalam bukit2 tandus dengan serba kekurangan

 

Perjalanan yang berat menuju puncak yang hanya satu kali

Tidaklah seberapa dibanding yang dialami pembawa risalah ini

Tiap hari berbaju penderitaan mempertahankan tegaknya tauhid

 

Para pemuda yang luar biasa

Yang dengan sebuah tekad, belajar mencari makna

Mencoba merasakan sedikit penderitaan

Agar bisa merasakan, betapa sulitnya membawa risalah kebenaran

 

Ijen, kau menjadi inspirasi baru bagi kami, Forum Kajian Islam

Untuk menumbuhkan semangat juang kami

Untuk tidak menyerah hanya dengan tantangan dan rintangan kecil

Yang memang harus kita semua alami

Sebagai konsekwensi dari pernyataan iman dalam dada kami

 

Ya ALLAH…

Berilah kami bimbingan dan ketegaran dalam perjuangan ini

Aamiin

 

 

 

ijen_30nop2008-11

 

 

ijen_30nop2008-21

 

 

ijen_30nop2008-31

 

 

 ijen_30nop20081

 

 

ijen_30nopp2008-41

 

 

Dari dulu ya begitu ???

Masihkah kita hanya beralasan nenek moyang, sehingga apa yang kita tiru dari nenek moyang selalu diyakini sebagai suatu kebenaran. Mudah-mudahan firman ALLAH SWT berikut ini menjadikan kita mau menggunakan akal sehat kita untuk berpikir.

 

Al-Maa-idah [5]

104. apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. mereka menjawab: “Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

105. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[453]. hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

 

[453] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu telah mendapat petunjuk. tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

 

Al-A’raaf [7]

27. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.

28. dan apabila mereka melakukan perbuatan keji[532], mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang Kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh Kami mengerjakannya.” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

29. Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu[533] di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)”.

30. sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

 

[532] Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling ka’bah dan sebagainya.

[533] Maksudnya: tumpahkanlah perhatianmu kepada sembahyang itu dan pusatkanlah perhatianmu semata-mata kepada Allah.

 

Asy-syu’araa’ [26]

74. mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami berbuat demikian”.

 

Luqman [31]

20. tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.

21. dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. mereka menjawab: “(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

22. dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

23. dan Barangsiapa kafir Maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.

24. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.

 

Az-Zukhruf [43]

21. atau Adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Quran, lalu mereka berpegang dengan kitab itu ?

22. bahkan mereka berkata: “Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka”.

23. dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”.

24. (Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) Sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” mereka menjawab: “Sesungguhnya Kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.”

25. Maka Kami binasakan mereka Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.

 

Ali Imran [3]

31. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

32. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.

 

An-Nisa’ [4]

58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

60. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.

61. apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.

62. Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.

63. mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

64. dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

66. dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),

67. dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,

68. dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.

69. dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.

70. yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.

 

[312] Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala.

[313] Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.

[314] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

 

 

Pesan Rasulullah dalam Khotbah Arafah

 “Wahai manusia sekalian, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak mengathui apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di tempat wukuf ini.

Wahai manusia sekalian,

Sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu merupakan kemuliaan ( haram dirusak oleh orang lain ) bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulan yang mulia ini, di negeri yang mulia ini.

Ketahuilah sesungguhnya segala tradisi jahiliyah mulai hari ini tidak boleh dipakai lagi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara kemanusiaan ( seperti pembunuhan, dendam, dan lain-lain ) yang telah terjadi di masa jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh berlaku lagi. (Sebagai contoh ) hari ini aku nyatakan  pembatalan pembunuhan balasan atas terbunuhnya Ibnu Rabi’ah bin Haris yang terjadi pada masa jahiliyah dahulu.

Transaksi riba yang dilakukan pada masa jahiliyah juga tidak  sudah tidak berlaku lagi sejak hari ini. Transaksi yang aku nyatakan tidak berlaku lagi adalah transaksi riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya seluruh transaksi riba itu semuanya batal dan tidak berlaku lagi.

Wahai manusia sekalian,

Sesungguhnya syetan itu telah putus asa untuk dapat disembah oleh manusia di negeri ini, akan tetapi syetan itu masih terus berusaha (untuk menganggu kamu ) dengan cara yang lain . Syetan akan merasa puas jika kamu sekalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu menjaga agama kamu dengan baik.

Wahai manusia sekalian,

Sesungguhnya merubah-rubah bulan suci itu akan menambah kekafiran. Dengan cara itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian kamu menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah sdan mengharamkan apa yang telah dihalalkanNya.

Sesungguhnya zaman akan terus berputar, seperti keadaan berputarnya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah bulan antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban.

Takutlah kepada Allah dalam bersikap kepada kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka (menjadi isteri ) dengan amanah Allah dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagi kamu sekalian dengan nama Allah.

Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isteri kamu dan isteri kamu mempunyai kewajiban terhadap diri kamu. Kewajiban mereka terhadap kamu adalah mereka tidak boleh memberi izin masuk orang yang tidak kamu suka ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukan hal demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kamu terhadap mereka adalah memberi nafkah, dan pakaian yang baik kepada mereka.

Maka perhatikanlah perkataanku ini, wahai manusia sekalian..sesungguhnya aku telah menyampaikannya..

Aku tinggalkan sesuatu bagi kamu sekalian. Jika kamu berpegang teguh dengan apa yang aku tinggalkan itu, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Kitab Allah (Al-Quran ) dan sunnah nabiNya (Al-Hadis ).

Wahai manusia sekalian..dengarkanlah dan ta’atlah kamu kepada pemimpin kamu , walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba sahaya dari negeri Habsyah yang berhidung pesek, selama dia tetap menjalankan ajaran kitabullah (Al- Quran ) kepada kalian semua.

Lakukanlah sikap yang baik terhadap hamba sahaya. Berikanlah makan kepada mereka dengan apa yang kamu makan dan berikanlah pakaian kepada mereka dengan pakaian yang kamu pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak dapat kamu ma’afkan, maka juallah hamba sahaya tersebut dan janganlah kamu menyiksa mereka.

Wahai manuisia sekalian.

Dengarkanlah perkataanku ini dan perhatikanlah.

Ketahuilah oleh kamu sekalian, bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, dan semua kaum muslimin itu adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali dengan senang hati yang telah diberikannya dengan senang hati. Oleh sebab itu janganlah kamu menganiaya diri kamu sendiri.

Ya  Allah..sudahkah aku menyampaikan pesan ini kepada mereka..?

Kamu sekalian akan menemui Allah, maka setelah kepergianku nanti janganlah kamu menjadi sesat seperti sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain.

Hendaklah mereka yang hadir dan mendengar khutbah ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir. Mungkin nanti orang yang mendengar berita tentang khutbah ini lebih memahami daripada mereka yang mendengar langsung pada hari ini.

Kalau kamu semua nanti akan ditanya tentang aku, maka apakah yang akan kamu katakan ? Semua yang hadir menjawab : Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah menunaikan amanah, dan telah memberikan nasehat. Sambil  menunjuk ke langit, Nabi Muhammad kemudian bersabda : ” Ya allah, saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya Allah saksikanlah pernyatan mereka ini..Ya allah saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya Allah saksikanlah pernyatan mereka ini ” [Hadis Bukhari dan Muslim].

IDUL ADHA & QURBAN

Hari Raya ‘Idul Adha – atau Hari Raya Qurban yang selalu dirayakan oleh umat Islam – seperti hari ini – dirayakan di seluruh penjuru dunia – hakekatnya adalah – untuk membuktikan kepada dunia – bahwa syariat agama – ajaran-ajaran – yang dibawa oleh Rosululllah Muhammad SAW itu – betul-betul agama yang membawa kesucian, kebenaran, keadilan, kesusilaan, dan perikemanusiaan yang sesuai dengan fitrah manusia.

Sehingga apabila ajaran-ajaran Islam tersebut – benar-benar dijalankan, diterapkan dalam gelanggang kehidupan – niscaya membawa umat manusia – kearah keselamatan, kesejahtaraan, ketentraman dan kebahagiaan yang hakiki – di dunia  dan akhirat.

Hari Raya ini disebut juga sebagai Yaumul Hajjil Akbar – Kemarin saudara-saudara kita yang memenuhi panggilan Allah untuk melaksanakan ibadah Haji – melaksanakan wukuf di Padang Arofah – sebagai puncak ibadah Haji – yang tidak bisa digantikan orang lain. Dan kita semua yang tidak melaksanakan ibadah Haji disunatkan untuk berpuasa pada hari Arofah, yakni taggal 9 Dzulhijjah. Dan – hari ini – tanggal 10 Dzulhijjah kita melaksanakan sholat ‘Id bersama-sama dan melakukan penyembelihan hewan Qurban – demi pendekatan hamba kepada Penciptanya.

Lantas apa yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari makna proses ibadah Haji ataupun Qurban yang dilakukan umat Islam. – Sebab Allah senantiasa menyuruh kita untuk menggunakan akal dan pikiran, – guna membaca, menelaah, dan mencermati, lalu mengambil pelajaran yang ada didalamnya – untuk diterapkan dalam gelanggang kehidupan ini. Rasulullah Muhammad SAW pernah mengucapkan dalam rangkaian penjelasan beliau bahwa ;

“Ma’rifat adalah modalku

Akal pikiran adalah sumber agamaku”

Sekarang mari kita pikirkan  dan renungkan pelajaran apa yang dapat kita ambil – Pelajaran awal adalah dari IHRAM. Ibadah Haji diawali dengan niat, lalu melepaskan – menanggalkan pakaian biasa  – kemudian harus berganti mengenakan pakaian IHRAM. Niat adalah suatu kesadaran  visi  / pandangan yang jauh melampaui kehidupan dunia –  pandangan demi akhirat yang baik – pandangan yang meningkatkan keimanan – iman tauhid – yang membawa kepada kebebasan berpikir. Suatu keyakinan yang dalam – pemahaman yang baik – sangat diperlukan dalam menjalani proses kehidupan. – Dan langkah pertama IHRAM adalah  – lambang penjernihan hati – penjernihan emosi – bahwa manusia harus menghadapkan diri kepada Allah – dengan hati yang bersih, – hati yang suci.

Coba kita renungkan firman Allah :

Dan sungguh Ibrohim benar-benar termasuk dalam golongannya ( golongan Nabi-nabi, golongan orang-orang yang sholeh ) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang bersih, hati yang suci, hati yang selamat. ( QS Ash Shaaffaat 37 : 84 )

Dan hati yang suci, hati yang bersih, yang dilambangkan dengan IHRAM, – adalah syarat utama apabila kita manusia akan menghadap Allah, – hati yang bersih dan suci dari belenggu-belenggu kehidupan duniawi.

Suatu hari yang harta dan anak laki-laki tidak berguna, tidak bermanfaat, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat, hati yang bersih. ( QS Asy Syu’ara 26 : 89 )

Inilah langkah awal yang harus kita lakukan – penjernihan hati – dari berbagai macam belenggu dan tabir gelap yang menghalangi – sebagai syarat utama pengenalan – ma’rifat yang sempurna – mengenal kepada Allah SWT, – mengenal kepada Rasullullah SAW, – mengenal alam semesta – mengenal diri sendiri. Sehingga – akal dan pikiran, pendengaran dan penglihatan – dapat membaca berbagai pelajaran Illahi Robbi. Penjernihan hati dari belenggu dan tabir gelap – yang antara lain : Prasangka negatif, Pikiran Negatif (Negatif Thinking), prinsip hidup selain Allah, pengalaman yang membelenggu, kepentingan dan prioritas yang bersumber pada hawa nafsu, sudut pandang yang bersumber pada hawa nafsu, pembanding yang tidak obyektif, yakni pembanding yang dilandasi subyektifitas hawa nafsu, bacaan parsial dan sebagainya – termasuk didalamnya adalah kesombongan atau ketakaburan.

Khibir/sombong/takabur itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain (Al Hadits)

Dalam hidup ini – jika kita terbebas dari belenggu dan tabir gelap hati dan jiwa – maka kita akan dapat mendengar suara hati dengan jelas, – mendengar hidayah Allah – dapat memahami Al-Qur’an dengan baik – memahami 99 sifat Allah (Asmaul Husna) – dan kita dapat benar-benar menjadi kholifah Allah seperti yang diharapkan dan dikehendaki Allah SWT.

Betapapun beratnya penjernihan hati – namun itu harus kita lakukan, Dan- setelah didapatkannya – sebuah pribadi yang merdeka dengan tauhid – setelah menculnya pribadi yang fitrah, – bebas dari belenggu jiwa, belenggu emosi, – maka – Mulailah mereka – setelah itu – melakukan langkah nyata sebagai arti dan makna pelajaran dari kegiatan “ THOWAF dan SA’I “

Thowaf – berputar mengelilingi Ka’bah 7x dengan arah putaran kekiri – arah putaran yang sama dengan putaran bumi dan teman-teman planetnya (merkurius, venus, mars, Jupiter, dll) saat beredar mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya (porosnya) – arah putaran yang sama dengan putaran tata surya kita (matahari dan anak buahnya) beserta teman-teman tata surya-tata surya nya saat beredar mengelilingi pusat galaksi – arah putaran yang sama dengan putaran lektron-elektron saat mengelilingi inti atom – arah putaran yang sama dengan putaran jagad raya ini – adalah melambangkan sebuah komitmen, istiqomah – yang tidak hanya dimulut – tidak hanya dalam pikiran – tetapi harus diwujudkan melalui perbuatan dan praktek yang bisa diukur secara nyata  dan visual.

Seseorang tidak cukup hanya menyatakan bahwa dia beriman – tidak cukup dengan hanya dia telah bersyahadat – namun perlu wujud nyata dari Sholatnya – dan terutama lagi sholatnya benar-benar mampu mencegahnya dari fakhsya’ dan munkar – dan bekas sujudnya tampak nyata dalam tata hidupnya – yang berguna untuk orang lain. Dan – Thowaf berpusat pada Ka’bah, yang merupakan alat Bantu gambaran prinsip, – hanya berpusaat dan berpegang kepada Allah SWT saja. Lambang kegiatan manusia yang tiada henti – dan semua kegiatan haruslah hanya berprinsip kepada Allah – bukan yang lain – ikhlas pada Allah – Inilah pusat prinsip.

Disinilah lambang bahwa ; pemahaman tidak hanya didapat dari pendengaran dan penglihatan saja, – tetapi melalui tindakan fisik yang nyata dan berulang-ulang.

Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotorannya, dan hendaklah mereka menyempur-nakan nazar-nazaar mereka, dan hendaklah mereka thowaf disekitar rumah tua itu (Baitullah) ( QS Al Hajj 22 : 29 )

Thowaf 7x putaran mengandung makna perjuangan yang tiada henti 7 hari dalam seminggu – dengan kegiatan nyata – yang berpusat dan berprinsip kepada Allah SWT

Berikutnya adalah SA’I  yang melambangkan pendakian yang penuh dengan optimis ketika melihat setitik harapan – dalam jiwa yang tidak kenal ke-putus-asa-an. HAJAR ketika melihat ada setitik air – yang sebenarnya adalah fatamorgana – dia berjuang dengan gigih. Setitik harapan – harapan kita akan masa depan – yang bukan fatamorgana – harapan akan akhirat yang lebih baik – hendaknya mampu mengobarkan semangat juang dalam menegakkan agama ALLAH.

Sesungguhnya shofa dan marwah adlah sebagian dari syiar-syiar Allah.

Dari usaha yang gigih itu – dari secercah harapan – keberadaan Allah yang selalu memberi balasan – ALLAH tempat bergantung – setelah seluruh usaha dengan tidak mengenal putus asa.  Saat itu Hajar gigih berusaha menyelamatkan ISMAIL puteranya yang lemah, – mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

Saat inipun kita semua harus berjuang, – mengentaskan rakyat dari kemiskinan dengan zakat, dan infaq-infaq sunat lainnya, – mengentaskan masyarakat dari kebodohan, -dengan perjuangan yang keras tanpa kenal putus asa.

Maka barang siapa yang beribadah haji ke baitullah atau berumroh, tiadalah salahnya ia berthowaf mengelilingi keduanya. Dan barang siapa atas kemauan sendiri berbuat kebaikan, sungguh Allah Maha Berterima kasih (Mensyukuri) dan Maha Tahu. ( QS 2 : 158 )

Selanjutnya adalah wukuf, – yang berarti berhenti. Inilah puncak ibadah haji, – manusia berhenti sejenak, – berhenti secara fisik, – namun bergerak secara pikiran – bergerak kearah netral – bergerak kearah fitrah – merasakan dan mendengarkan suara hati – asmaul husna – sifat-sifat Allah SWT. – Disini dievaluasi, – sudahkah kita melaksanakan atau mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan harapan Allah ?  – Satu persatu kita periksa – Jika Allah bersifat Rohman dan Rophim – sudahkah kita mewujudkan rasa kasih sayang itu – untuk orang-orang disekitar kita, – Jika Allah Al Maalik – sudahkah kita mampu menguasai diri, – jika Allah Al Quddus – sudahkah kita suci dalam berpikir dan bertindak, – dan sebagainya. – Evaluasi diri, dan jika belum, maka segeralah istighfar – mohon ampun atas kesalahan kita.

Dan katakanlah “ Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang paling baik “

Dan disinilah kita bertekad – untuk memperbaiki di esok hari. – Lakukan dzikir ( meng-ingat Allah ) – untuk menguatkan suara hati – yang mendorong kita – membimbing kita – kearah kebenaran – kearah kemajuan – kearah keberhasilan – di akhirat dan di dunia – secara fisik dan mental. – Tantangan berat kehidupan – harus kita hadapi – dengan tetap tenang – dan tetap menguasai diri.

Disinilah gambaran masa depan – yang dilandasi evaluasi pemikiran yang telah dibersihkan – yang dibangun diatas landasan fitrah yang kokoh.

Selanjutnya adalah lontar jumrah – lambang bahwa hidup ini adalah perjuangan meng-hadapi tantangan – dengan tetap berpegang teguh pada prinsip “Laa ilaaha illa ALLAH”

Musuh pertama ; Nafsu lahiriyah, insting hewani, sifat-sifat kebinatangan.

Musuh kedua, – yang lebih sulit terdeteksi – adalah kita sama sekali tidak merasa bersalah – padahal sebenarnya kita bersalah.

Musuh ketiga – yang sulit disembuhkan – adalah menuhankan sesuatu selain Allah – menganggap sesuatu selain Allah itu sama-sama penting – menggandakan Tuhan – dengan : harta, jabatan, kehormatan, konsumerisme, ilmu, profesi, mobil, cinta, dsb.

Lempar itu semua – kalahkan musuh-musuh kita – dengan tetap mengingat bahwa kita ( anda/saudara-saudaraku ) umat Islam – adalah rahmatan lil ‘alamiin

Dan katakanlah “ Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-MU dari bisikan jahat setan-setan, dan aku berlindung kepada-MU Ya Tuhanku, supaya mereka jangan mendekati aku. “

Jama’ah Haji adalah suatu sinergi – kerjasama – disinilah kita harus bekerja sama – dalam profesi yang berbeda-beda – saling mendukung satu dengan yang lain – menciptakan sebuah kekuatan kehidupan yang kokoh. – Satu sama lain harus husnudzdzon ( baik sangka ) – jujur kepada orang lain dan diri sendiri – bersikap terbuka – berusaha saling mempercayai – kerjasama / sinergi – membawa misi – rahmatan lil ‘alamiin – dalam kesatuan tauhid yang Esa.

Sedangkan Qurban melambangkan tingkat kepasrahan / berserah diri – yang tertinggi kepada Allah – dengan segala keihlasan jiwa dan raga. – Kita boleh mencintai anak dan harta, – namun jangan berlebihan – bahkan sampai melebihi cinta kita kepada Allah Yang Maha Esa.

Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian, Dan ketahuilah pada-NYA-lah pahala yang besar.

Itulah kiranya uraian singkat, dari makna pelajaran yang dapat kita petik, dari rangkaian ibadah Haji dan Qurban. – Yang tentunya masih harus kita gali lebih dalam – dan kita buka lebih luasuntuk direnungkan, – dalam waktu lain yang tertata rapi dan terprogram. Dan selanjutnya untuk diterapkan, dan diaplikasikan dalam gelanggang kehidupan.

Selanjutnya kita berharap – semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk menjalankannya dengan baik, – untuk menerapkan dalam kehidupan nyata, – kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Aamiin.

 

Hati-hati dengan bid'ah

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barang siapa mengada adakan (sesuatu hal baru) dalam urusan (agama) kami yang (sebelumnya) tidak pernah ada, maka akan ditolak”.

Dalam hadits lain beliau bersabda :

“Kamu semua harus berpegang teguh pada sunnahku (setelah Al qur’an) dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk Allah sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu, dan gigitlah dengan gigi  geraham kalian sekuat kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru (dalam agama), karena setiap perbuatan baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

Maka dalam dua hadits ini kita dapatkan suatu peringatan keras, yaitu agar kita senantiasa waspada, jangan sampai mengadakan perbuatan bid’ah apapun, begitu pula mengerjakannya.

Firman Allah ta’aala dalam kitab-Nya :

“Dan apa yang dibawa Rasul kepadamu, maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ia, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah keras siksaan- Nya”
(QS. Al Hasyr, 7).

“Karena itu hendaklah orang orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih” (QS. An Nur, 63).

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam  suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang orang yang mengharap (rahmat) Allah, dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab, 21).

“Orang orang terdahulu lagi pertama kali (masuk Islam ) diantara orang orang Muhajirin dan Anshor dan orang orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan itu, Allah ridho kepada mereka, dan merekapun ridho kepadaNya, serta Ia sediakan bagi mereka syurga syurga yang disana mengalir beberapa sungai, mereka kekal didalamnya, itulah kemenangan yang besar” (QS, At taubah, 100).

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridlai Islam itu sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah, 3).

Dan masih banyak lagi ayat ayat yang menerangkan kesempurnaan Islam dan melarang melakukan bid’ah karena mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama, seperti peringatan peringatan ulang tahun, berarti menunjukkan bahwasanya Allah belum menyempurnakan agamaNya buat umat ini, berarti juga Rasulullah itu belum menyampaikan apa apa yang wajib dikerjakan umatnya, sehingga datang orang orang yang kemudian mengada adakan sesuatu hal baru yang tidak diperkenankan oleh Allah, dengan anggapan bahwa cara tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa cara tersebut terdapat bahaya yang besar, lantaran menentang Allah ta’aala, begitu pula (lantaran ) menentang Rasulullah. Karena sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, dan telah mencukupkan ni’mat-Nya untuk mereka.

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya secara keseluruhan, tidaklah beliau meninggalkan suatu jalan menuju syurga, serta menjauhi diri dari neraka, kecuali telah diterangkan oleh beliau kepada seluruh ummatnya sejelas jelasnya.

Sebagaimana telah disabdakan dalam haditsnya, dari Ibnu Umar rodhialloh ‘anhu bahwa beliau bersabda

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, melainkan diwajibkan baginya agar menunjukkan kepada umatnya jalan kebaikan yang telah diajarkan kepada mereka, dan memperingatkan mereka dari kejahatan ( hal hal tidak baik ) yang telah ditunjukkan kepada mereka” (HR. Muslim).

Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terbaik diantara Nabi Nabi lain, beliau merupakan penutup bagi mereka ; seorang Nabi paling lengkap dalam menyampaikan da’wah dan nasehatnya diantara mereka itu semua.

Sabda beliau dalam salah satu khutbah Jum’atnya:

“Adapun sesudahnya, sesungguhnya sebaik baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perbuatan (dalam agama) ialah yang diada-adakan (bid’ah), sedang tiap tiap bid’ah itu kesesatan” (HR. Muslim).

HIDUP BAHAGIA DAN TENTERAM

HIDUP BAHAGIA DAN TENTERAM

Resep menghadapi zaman yang serba tidak menentu

RESEP HIDUP BAHAGIA dan TENTERAM

A.    Iman yang mantap

1.     Yakin selalu ditemani Malaikat Raqib dan Atid

vBanyak orang pinter, tapi sulit mencari orang yang bener.

vJangan tertawa/menangis dihadapan orang buta

vJangan berbisik/berteriak disamping orang tuli

2.     Yakin selalu dideteksi kalamullah di laukh mahfudz
Setiap manusia punya pena sendiri-sendiri.
Pena itu berhenti menulis apabila:

a.Manusia itu belum baligh

b.Manusia itu sedang tidur

c.Manusia itu korsleting syarafnya (gila)

d.Manusia itu tidak hidup (mati)

3.     Yakin diamati langsung oleh ALLAH

Sehingga dimanapun berada, tidak ada tempat yang aman dan terlewatkan dari Pengetahuan dan Pendengaran ALLAH.

B.     Malu pada ALLAH (48:29).

vBagaimana kenyataan apa yang kita lakukan?

vSudahkah sesuai aturan&tuntunan ALLAH?

C.     Cinta pada ALLAH (48:10-11).

Nabi menyatakan, bahwa akhir zaman nanti, manusia cinta 5 hal dan lupa 5 hal;

CINTA 5 MELUPAKAN 5

1.Cinta hidup, sehingga hanya cari bekal hidup. Melupakan mati, sehingga tidak cari bekal mati.

2.Cinta dunia, shg hanya urusi urusan dunia. Melupakan akhirat dan segala urusannya.

3.Cinta bangun gedung dan rumah mewah dengan cepat. Melupakan masjid dan sekolah, shg masjid dan sekolah tidak jadi-jadi.

4.Cinta sesama manusia. Melupakan cinta kepada ALLAH.

5.Senang&cinta dunia (harta dan uang). Melupakan cara menghitungnya (zakat)

D.    Cemburu selalu pada ALLAH (ingat juga selalu dicemburui ALLAH)

vSelalu sadar bahwa hidup ini diakhiri “kematian”.

vSehingga, saat sholat merasa bahwa sholatnya itu, adalah sholat terakhirnya

vPertanyaannya; SUDAH SIAPKAH UNTUK MATI?

vTawakkal adalah akhir setelah semua usaha maksimal dijalankan.

5 KUNCI RAHASIA SUKSES

Rasulullah SAW, membangun hanya dalam waktu 23th, 11 tahun di Makkah, 12 tahun di Madinah.

5 Kunci rahasia sukses Nabi SAW;

1.Akhlaqul Karimah (akhlaq yang mulia)

2.Menjadi figur teladan (contoh)

3.Ikhlash/murni hanya LILLAH

4.Istiqomah  (ajeg / terus menerus)

5.Do’a (mohon pada ALLAH, hanya mengharap ridlo ALLAH)

TAUHID memerdekakan manusia dari penjajahan

Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan paling esensial. Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Formulasi paling pendek dari tauhid itu ialah kalimat thayyibah: la ilaha illa Allah, yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah.

Dengan mengatakan “tidak ada Tuhan selain Allah”, seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tak setara dibandingkan hubungannya dengan sesama makhluk. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan menjadi nilai (value) bagi manusia-tauhid, dan ia tidak akan mau menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan (kepada Tuhan), serta kemauan keras untuk menjalankan kehendak-kehendak-Nya.

PEMBEBASAN MANUSIA

La ilaha illa Allah meniadakan otoritas dan petunjuk yang datang bukan dari Tuhan. Jadi, sesungguhnya kalimat thayyibah merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Seorang manusia-tauhid mengemban tugas untuk melaksanakan tahrirun nas min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillah (membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah semata). Dengan tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia mana pun.

Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada manusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu bangsa, yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah. Yang membedakan satu dengan lainnya hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13).

Sekali seorang manusia atau suatu bangsa merasa dirinya lebih inferior disbanding manusia atau bangsa lainnya, maka ia akan kehilangan kebebasan dan jatuh ke dalam perbudakan mental. Seseorang yang mengakui superioritas sekelompok manusia tertentu — entah berdasarkan kekuasaan, warna kulit, ataupun atas dasar apa saja — berarti dengan sendirinya ia akan kehilangan kebebasan dan sekaligus meremehkan makna tauhid.

Demikian juga dalam masalah-masalah keagamaan. Islam tidak mengakui setiap lembaga yang menyerupai lembaga kependetaan (priesthood, rabbihood), karena Tuhan tidak pemah mempercayakan suatu perwalian untuk mewakili-Nya di muka bumi ini. “La rahbaniyyata filIslam” (Tidak ada sistem kependetaan dalam Islam), demikian Nabi Muhammad SAW berkata. Dengan perkataan lain, sekali seorang manusia merasa lebih rendah atau lebih tinggi daripada manusia lainnya, ia telah jatuh ke dalam syirk — lawan tauhid.

Al-Qur’an mendorong manusia untuk selalu mencari kebenaran, dan menganjurkan manusia agar senantiasa menanyakan kebenaran yang sudah diterima dari nenek-moyangnya:

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Al-Baqarah: 170);

SELALU TERBUKA TERHADAP KOREKSI ATAU KEYAKINAN YANG KELIRU

Bahkan mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (22) Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapakbapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (23) (Rasul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Az-Zukhruf: 22-24);

DAN SENANTIASA MENGUJI APA YANG SUDAH DIANGGAP SEBAGAI SUATU KEBENARAN

Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (28) Tetapi Aku telah memberikan keni`matan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al Qur’an) dan seorang rasul yang memberi penjelasan. (29) (Az-Zukhruf: 28-29).

Banyak manusia yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Selain itu, mereka juga cenderung untuk mengikuti langkah para pemimpin tanpa menggunakan akal sehat mereka. Tidak mengherankan kalau para penguasa atau para pemimpin sering memiliki otoritas yang tidak bisa ditantang (unchallanged authority) oleh karena banyak manusia yang begitu saja menyerah dan tunduk kepada mereka, tanpa daya pikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal, para penguasa atau para pemimpin umumnya mempunyai kepentingan tertentu (vested interest) untuk membela status quo, dan mengelabui para pengikutnya. Al-Qur’an mengingatkan bahwa orang-orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka, akan kecewa di Hari Akhir, dan mengeluh:

“. . . Ya, Tuhan kami! Kami telah taat kepada para pemimpin dan orang-orang besar kami, lalu mereka sesatkan kami dari jalan-Mu yang lurus:” (Al-Ahzab: 67).

Di samping membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada sesama makhluk, kalimat thayyibah juga mengajarkan emansipasi manusia dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-kesenangan sensual belaka. Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan, pasti akan mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih. Dengan tajam Al-Qur’an menyindir orang-orang semacam ini:

“Tidakkah engkau lihat orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai Tuhan? Apakah engkau merasa bisa menjadi pemelihara atasnya? Apakah engkau sangka kebanyakan dari mereka mendengar atau menggunakan akalnya? Mereka itu tidak lain hanya seperti binatang temak, bahkan lebih sesat.” (Al-Furqan: 43-44)

Komitmen dan Misi Manusia-Tauhid

Sementara itu kita melihat sebagian masyarakat penganut Islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum menyadari status manusiawinya. Di sinilah sebenarnya letak kemandekan kebanyakan masyarakat Muslim dewasa ini. Kita bisa mengatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi sosial, dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat Muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia-Muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid adalah masalah pertama dan terpenting untuk segera dipersegar dan diluruskan. Dengan demikian, jelas bahwa anjuran sekularisasi, misalnya untuk memperbarui pemahaman Islam, adalah suatu ajakan yang tidak mempunyai dasar di dalam Islam, dan akan membuat kemerosotan umat menjadi lebih parah.

Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa komitmen manusia-tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horisontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk; dan hubunganhubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah ini memberikan visi kepada manusia-tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan sosial. Pada gilirannya, visi ini memberikan inspirasi pada manusia-tauhid untuk mengubah dunia di sekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah, dan inilah misi manusia-tauhid atau manusia-Muslim. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah tersebut terwujud menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia-tauhid kepada Allah. Misi untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi (fasad fil ardh), bukanlah sekadar suatu derivative, melainkan merupakan bagian integral dari komitmen manusia-tauhid kepada Allah. Gabungan dari manusia-manusia tauhid inilah yang kemudian membentuk suatu ummah. Dengan menegakkan kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf) dan memberantas kejahatan (nahi munkar) sebagai dua ciri utamanya, umat-tauhid menujukan sasaran dari gerakannya bukan pada bangsa atau kelompok masyarakat tertentu, melainkan pada seluruh kemanusiaan itu sendiri, seperti difirmankan oleh Allah:

“Engkau sekalian adalah umat terbaik yang telah dilahirkan untuk seluruh manusia; engkau melakukanamar ma’ruf nahi munkar, dan engkau beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).

Manusia-tauhid dan umat-tauhid mempunyai kewajiban untuk menegakkan suatu orde sosial yang adil dan etis. Al-Qur’an mengutuk ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial, dan menyuruh kita untuk menegakkan suatu tatanan sosial yang etis dan egalitarian. Surat-surat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad SAW sewaktu beliau masih berada di Mekah, mengecam keras dua macam masalah: politeisme atau kemajemukan dewa-dewa yang simptomatis dari masyarakat yang terpecah belah, dan disparitas sosio-ekonomi yang bersarang pada keterpecahbelahan masyarakat. Kedua hal ini merupakan dua sisi dari satu mata uang. Al-Qur’an bertubi-tubi menyerang disparitas ekonomi, justru karena masalah ini memang sangat sulit dipecahkan:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (5) orang-orang yang berbuat riya’. (6) (Al-Ma’un: 1-6)

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (1) yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya, (2) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, (3) sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. (4) Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (5)(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, (6) (Al-Humazah: 1-6).

Al-Qur’an jelas tidak melarang manusia untuk mengumpulkan harta benda, akan tetapi penyalahgunaan kekayaan — yang menyebabkan manusia buta terhadap nilai-nilai luhur — dikecam keras oleh Al-Qur’an

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)

Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;(hasil kezalimanmu) itu hanyalah keni`matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus: 23)

Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”. (Ar-Ra’d: 36)

Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 35)

Al-Qur’an memegang prinsip keadilan distributif (distributive justice); sekelompok masyarakat tidak diperkenankan menjadi terlalu kaya, sementara kelompok lainnya menderita kemiskinan yang bertentangan dengan harkat kemanusiaan—sebagai suatu kebijakan ekonomi dalam ajaran Islam.

“Kekayaan tidak boleh berputar hanya dalam lingkaran orang-orang kaya” (Al-Hasyr: 7)

Dengan demikian, menjadi tanggung jawab manusia dan umat-tauhid untuk selalu bekerja keras dan mencari pemecahan-pemecahan yang feasible untuk melaksanakan prinsip keadilan distributif tersebut. Namun kita tidak boleh lupa bahwa keadilan sosio-ekonomi bukanlah tujuan akhir.

Keadilan sosio-ekonomi itu sendiri adalah jembatan untuk menuju suatu tujuan yang jauh lebih tinggi, yaitu kebahagiaan akhirat. Dengan visinya, manusia dan umat-tauhid harus melihat konsekuensi-konsekuensi tindakannya, baik di dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, maupun bidang kehidupan lainnya, dan mengarahkannya ke suatu tujuan yang menjadi dasar komitmennya pada Allah. Ini semua tidak mungkin akan bisa dicapai kecuali dengan jihad—dalam arti badzlul juhdi (total endeavor)—ke arah total seluruh tenaga, daya, dana, dan pikiran untuk mewujudkan kalimatullah hiyal ‘ulya, yaitu terselenggaranya nilai-nilai yang diridhai oleh Allah SWT

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah penolongnya (yaitu) ketikaorang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan eruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 40)